ANALISIS NOVEL THE SIGN OF THE FOUR
(KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE)
OLEH: HALIMAH INDAH SARI
IDENTITAS NOVEL
Pengarang : Sir Arthur
Conan Doyle
Seri :
Sherlock Holmes
Genre : Fiksi
Detektif
Bahasa : Indonesia
Cetakan kedua :
2016
Penerbit : Shira
Media
Tebal : 212
halaman
Sinopsis : Mary Morstan mendatangi Sherlock
Holmes untuk meminta bantuannya memecahkan sebuah misteri. Sepuluh tahun yang
lalu, ayah Mary, Kapten Arthur Morstan, kembali ke London dengan mengambil cuti
dari resimen nya di India. Katanya, di sana ia dan seorang temannya, Thaddeus
Sholto, mendapatkan harta karun yang sangat besar jumlahnya. Tapi ketika Mary
tiba di hotel tempat ayahnya tinggal, sang ayah sudah lenyap tanpa jejak.
Sherlock Holmes menyambut misteri ini sebagai suatu tantangan menarik. Lebih
menarik daripada kokain yang telah membuatnya ketagihan bila sedang tak ada
kegiatan. Dan kali ini pun Dr. Watson menyertainya, terutama karena ia sangat
tertarik pada Mary Morstan yang di matanya begitu memesona.
PROFIL
PENGARANG
Sir Arthur Ignatius Conan Doyle (lahir 22 Mei 1859 – meninggal 7
Juli 1930 pada umur 71 tahun) adalah pengarang cerita fiksi terkenal
berkebangsaan Inggris. Salah satu karangannya yang paling terkenal adalah
serial petualangan Sherlock Holmes, seorang detektif fiksi yang eksentrik.
Doyle dilahirkan pada tahun 1859. Ia mendapat gelar dokter dari
Universitas Edinburgh dan mulai membuka praktik di Southsea, Inggris pada tahun
1882. Ia mengarang banyak cerita, dua diantaranya tidak pernah dipublikasikan.
Pada tahun 1886, ia menciptakan tokoh Sherlock Holmes yang diilhami
dari Dr. Joseph Bell, salah satu dosennya. Cerita pertama yang berjudul A Study
in Scarlet (bahasa Indonesia: Penelusuran Benang Merah) ini diterima publik
dengan baik. Akan tetapi, ketenaran tokoh itu baru dimulai pada tahun 1891
ketika ia menulis serial petualangan Sherlock Holmes bersama sahabat setianya, Dr.
Watson, dalam bentuk kompilasi cerita pendek.
PENDAHULUAN
Novel The Sign of The Four merupakan novel kedua karya Sir
Arthur Conan Doyle yang menampilkan Sherlock Holmes, seorang detektif
eksentrik, dan rekan setianya, Dr. John Watson. Terbit pertama kali pada tahun
1890 di Lippincott's Monthly Magazine. Novel yang berlatar waktu tahun 1888 ini
memiliki alur yang kompleks karena membahas kilas balik tokoh saat bertugas di
Perusahaan Hindia Timur, pemberontakan di India 1857, pencurian harta karun,
serta perjanjian rahasia antara empat tahanan dengan dua sipir penjara yang
korup. Dalam novel ini, Doyle untuk pertama kalinya mendeksripsikan
ketergantungan Holmes terhadap obat-obatan terlarang sekaligus membuatnya lebih
manusiawi bila dibandingkan dengan novel sebelumnya, Penelusuran Benang Merah.
Empat Pemburu Harta juga memperkenalkan calon istri dr. Watson, Mary Morstan.
Keunikan dari rangkaian cerita inilah yang membuat saya tertarik
untuk membuat analisis novel The Sign of The Four. Dari novel ini saya
akan menganalisis bagaimana unsur-unsur yang terkandung dalam novel, baik itu
unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik diantaranya
yaitu: tema, amanat, tokoh dan penokohan, alur/plot, latar/setting, sudut
pandang, dan gaya bahasa.
PERMASALAHAN
A.
Menganalisis
bagaimana unsur-unsur intrinsik dalam novel The Sign of The Four?
B.
Menganalisis
bagaimana unsur-unsur ekstrinsik dalam novel The Sign of The Four?
ANALISIS NOVEL
A.
Unsur Intrinsik
1.
Tema
Tema merupakan dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel
(Nurgiyantoro, 2009: 70). Stanton (via Nurgiyantoro, 2009: 70) menjelaskan
bahwa tema dapat juga disebut ide utama atau tujuan utama. Berdasarkan dasar
cerita atau ide utama, pengarang akan mengembangkan cerita.
Berdasarkan pemaparan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud tema adalah dasar dari pengembangan sebuah cerita.
Tema dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Tema
Sentral
Tema
sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam
cerita.
Tema sentral
dalam novel The Sign of The Four
adalah kasus tentang pencurian harta karun.
Hal ini diperkuat dengan
beberapa data di antaranya yaitu:
1)
“Keparat
Sholto itu mencurinya tanpa memenuhi satu pun persyaratan saat mendapatkan
rahasia itu (hal. 204).”
b.
Tema
Bawahan
Tema bawahan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
Tema bawahan dalam novel The
Sign of The Four adalah pengkhianatan sebuah janji, pembalasan dendam, dan
keserakahan yang mematikan.
Hal ini diperkuat dengan beberapa data di antaranya yaitu:
1)
“Keparat
Sholto itu mencurinya tanpa memenuhi satu pun persyaratan saat mendapatkan
rahasia itu (hal. 204).”
2)
“Sejak
saat itu, aku hidup hanya untuk membalas dendam.”
2.
Amanat
Amanat atau nilai moral merupakan unsur isi dalam karya fiksi yang
mengacu pada nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan yang
dihadirkan pengarang melalui tokoh-tokoh di dalamnya (Kenny, 1966: 89 via
Nurgiyantoro, 2009: 321).
Berdasarkan pemaparan pendapat diatas, dapat disimpulkan amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada para pembaca. Amanat dalam novel The Sign of The Four adalah:
a) Jangan menjadi orang yang ‘tong kosong
nyaring bunyinya.’
Bukti: “―Tidak ada orang bodoh yang lebih
menyulitkan daripada yang punya sedikit akal (hal. 84).”
b) Jangan memandang rendah sesuatu.
Bukti: “―Kita sudah biasa melihat Manusia memandang
rendah apa yang tidak bisa dipahaminya (hal. 27).”
c) Seberapa besar keuntungan dari mengonsumsi
kokain, tetap tidak sebanding dengan kerugiannya.
Bukti: “’.... Kau juga tahu, apa reaksi buruk
kokain terhadap dirimu. Jelas keuntungannya tidak sebanding dengan
karugiannya....’ (hal. 7)”
3.
Tokoh
dan Penokohan
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami
peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya
tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang
diinsankan.
Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh
bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam
cerita.
Tokoh
sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
a)
Tokoh
sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau
menyampaikan nilai-nilai positif.
b)
Tokoh
sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan
dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau
membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a)
Tokoh
andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh
sentral (baik protagonis ataupun antagonis).
b)
Tokoh
tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam
peristiwa cerita.
c)
Tokoh
lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai
latar cerita saja.
Penokohan dalam
novel adalah unsur yang sama pentingnya dengan unsur-unsur yang lain. Penokohan
adalah teknik bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita sehingga
dapat diketahui karakter atau sifat para tokoh (Siswandarti, 2009: 44).
Tokoh-tokoh dalam novel The
Sign of The Four adalah:
NAMA TOKOH
|
WATAK TOKOH
|
Sherlock Holmes
|
Cerdas, analitis, teliti, senang
dipuji tapi suka merendah, tidak gegabah dalam menarik kesimpulan, menghargai
orang.
Bukti:
·
“’Kehadiranmu akan sangat membantuku,’ (hal.86)”
·
“’Kau sangat jenius dalam rincian,’ kataku (hal.
12)”
|
dr. John Watson
|
Setia kawan.
Bukti:
·
“’....Tapi aku ingin membongkar kasus ini
bersamamu, berhubung aku sudah terlibat sejauh ini.’ (hal. 86)
|
Mary Morstan
|
Anggun, orang yang tenang, dan ramah.
Bukti:
·
“Sesuai sifat mulia wanita, ia menghadapi masalah
ini dengan ekspresi tenang,... (hal. 89)”
·
“Cahaya lembut sebuah lampu bertudung
meneranginya saat ia menyandar ke kursi anyaman, bermain-main di wajahnya
yang anggun dan cantik,...(hal. 164)”
|
Thaddeus Sholto
|
Orang yang patuh, tidak serakah
Bukti:
·
“Pria kecil tersebut mematuhi dengan sikap
setengah bingung, (hal. 71)”
·
“’....Tapi aku bisa membujuknya agar mengizinkan
aku mencari alamat Miss Morstan dan mengirimkan mutiara-mutiaranya secara
terpisah selama selang waktu tertentu, sehingga paling tidak Miss Morstan
tidak akan pernah kekurangan.’ (hal. 54)”
|
Bartholomew Sholto
|
Cukup rakus, orang yang cerdik
Bukti:
·
“’Bartholomew orang yang cerdik,...(hal. 56)”
·
“’... Mutiara-mutiaranya jelas bernilai sangat
tinggi, dan saudaraku merasa keberatan berpisah dengannya karena―antara kita
saja―saudaraku sendiri agak cenderung mengulangi kesalahan Ayah....(hal. 54)”
|
Athelney Jones
|
Seorang etektif yang suka merendahkan
orang lain.
Bukti:
·
“’Mr. Sherlock Holmes, si teoritis... Memang Anda
berhasil mengembalikan kami ke jejak yang benar, tapi keberhasilan Anda lebih
dikarenakan keberuntungan daripada keandalan.’ (hal. 81)”
|
Jonathan Small
|
Pendendam, pemarah, setia pada
janjinya.
Bukti:
·
“katanya, ‘Small orang yang selalu menepati
janji....’(hal. 202)”
·
“Saat melihat kemurkaan dan semangat pria ini,
aku bisa memahami kengerian yang mencekam....(hal. 174)”
|
Mrs. Cecil Forrester
|
Anggun, lemah lembut, dan keibuan.
Bukti:
·
“seorang wanita setengah baya yang anggun, dan
aku sangat senang melihat betapa ia memeluk pinggang Miss Morstan dengan
lembut, dan betapa keibuan suaranya saat menyambut (hal. 90).”
|
McMurdo
|
Menaati peraturan majikan.
Bukti:
·
“’Dia tidak keluar dari kamarnya hari ini, Mr.
Thaddeus, dan aku tidak mendapat perintah apa-apa....’ (hal. 60)”
|
Tonga
|
Setia, menepati janji, pemarah, buas
dan kasar.
Bukti:
·
“Begitu mendengar jeritan kemarahannya, buntalan
di geladak pun bergerak. (hal. 155)”
·
“’Dia menepati janjinya, si Tonga kecil itu.’
(hal. 205)
|
Mayor Sholto
|
Pengkhianat, serakah.
Bukti:
·
“Keparat
Sholto itu mencurinya tanpa memenuhi satu pun persyaratan saat mendapatkan
rahasia itu (hal. 204).”
|
4.
Alur
/ plot
Plot merupakan hubungan antarperistiwa yang bersifat sebab akibat,
tidak hanya jalinan peristiwa secara kronologis (Nurgiyantoro, 2009: 112).
Stanton (via Nurgiyantoro, 2009: 113) juga berpendapat bahwa plot adalah cerita
yang berisi urutan kejadian yang di dalamnya terdapat hubungan sebab akibat.
Suatu peristiwa disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Plot juga dapat berupa cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalam
bertindak, berpikir, berasa, dan mengambil sikap terhadap masalah yang
dihadapi. Sedangkan alur adalah rangkaian cerita yang bersifat kronologis.
Alur
dalam novel The Sign of The Four adalah alur campuran. Hal ini dapat
diperkuat:
a) Awalnya novel ini menceritakan bagaimana
kehidupan sehari-hari Holmes dan dr. Watson, kemudian mereka kedatangan seorang
klien bernama Mary Morstan. Kemudian novel tersebut mengungkap kilas balik
kehidupan masa lalu sang penjahat dalam novel ini.
5.
Latar
/ setting
Latar menurut Abrams (1981: 175 via Nurgiantoro, 2009: 216) adalah
landasan atau tumpuan yang memiliki pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Siswandarti (2009: 44) juga menegaskan bahwa latar adalah pelukisan tempat,
waktu, dan situasi atau suasana terjadinya suatu peristiwa.
Berdasarkan pengertian tersebut latar dapat disimpulkan sebagai
pelukisan tempat, waktu, dan suasana pada suatu peristiwa yang ada di cerita
fiksi. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok:
a)
Latar
tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi.
Latar
tempat dalam novel The Sign of The Four adalah Inggris. Hal ini diperkuat dengan
data:
1) Pondicherry Lodge, Upper Norwood,
Inggris
Bukti: “’dan tinggal di Pondicherry Lodge di Upper
Norwood....’ (hal. 47)
2) “’―mendapatkan harta itu dan membawanya
kembali ke Inggris,...’ (hal. 100)
3) “’....Dia datang ke Inggris dengan
gagasan ganda....’ (hal. 102)
b)
Latar
waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Latar
waktu dalam novel The Sign of The Four adalah tahun 1888. Hal ini dapat diperkuat
dengan:
1) “’Dia menghilang tanggal 3 Desember
1878―hampi sepuluh tahun yang lalu.’ (hal. 24)
c)
Latar
sosial / suasana, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial
bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan
hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial.
Latar
suasana dalam novel The Sign of The Four adalah menegangkan, mengerikan, manakutkan.
Hal ini dapat diperkuat dengan:
1) “’Ada yang tidak beres dengan
Bartholomew!’ serunya. ‘Aku ketakutan! Sarafku tak mampu menanggungnya.’ (hal.
65)”
2) “Aku membungkuk dengan perasaan ngeri....
Tapi wajahnya tersenyum mengerikan dalam seringai kaku dan tidak wajar, (hal.
67)”
6.
Sudut
pandang
Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh
cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua
macam sudut pandang yang bisa dipakai:
·
Sudut
pandang orang pertama tokoh utama.
·
Sudut
pandang orang pertama tokoh sampingan.
·
Sudut
pandang orang ketiga serba tahu.
·
Sudut
pandang orang ketiga sebagai pengamat.
Sudut pandang
dalam novel The Sign of The Four adalah sudut pandang orang ketiga sebagai
pengamat.
a) Keseluruhan cerita dalam novel ini
diceritakan oleh orang ketiga yaitu, dr. Watson.
b) “Sherlock Holmes mengambil botol dari
sudut rak di atas perapian, dan jarum suntik dari kotak maroko-nya yang rapi.
(hal. 5)”
7.
Gaya Bahasa
Bahasa sesuai dengan pendapat
Siswandarti (2009: 44) merupakan jenis bahasa yang dipakai pengarang, sebagai
contoh misalnya gaya pop untuk remaja, gaya komunikatif, atau jenis bahasa yang
kaku (seperti pada cerita terjemahan). Nurgiyantoro (2009: 272) juga
berpendapat bahwa bahasa merupakan sarana pengungkapan yang komunikatif dalam
sastra.
Pada novel juga terdapat cara pengucapan
bahasa yang sering disebut gaya bahasa. Gaya bahasa (style) merupakan cara
pengucapan pengarang dalam mengemukakan sesuatu terhadap pembaca (Ambrams,
1981: 190-1 via Nurgiyantoro, 2009: 276). Dalam stile juga terdapat beberapa
unsur seperti, leksikal, struktur kalimat, retorika, dan penggunaan kohesi.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel The Sign of The
Four didominasi oleh
penggunaan gaya bahasa Simile, terutama dalam bahasa tubuhnya yang sering digambarkan dalam figur binatang
seperti elang, ulat, ataupun
anjing pemburu. Karakter
Sherlock juga digambarkan
sebagai seseorang yang suka mengekspresikan sesuatu dengan gaya bahasa yang berlebihan atau menggambarkan sesuatu dengan
membandingkannya dengan figure lain. Hal ini dapat diperkuat dengan data:
a) “’Dia berbicara selayaknya seorang murid
kepada gurunya,’ kataku.(hal. 11)”
b) “’Semuanya sejelass siang hari,’ (hal.
18)”
c) “’.... Saya tak bisa membayangkan
situasi yang lebih aneh, lebih tak bisa dijelaskan , daripada yang saya hadapi
saat ini.’ (hal. 22)”
d) “.... Ia mencondongkan tubuh ke depan di
kursinya, dengan ekspresi konsentrasi yang luar biasa di wajahnya yang tegas
dan bagai rajawali. (hal. 22)”
B. Unsur
Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra
itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme
karya sastra. Secara spesifik, unsur tersebut dikatakan sebagai unsur-unsur
yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, tetapi tidak menjadi
bagian di dalamnya. Seperti halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga
terdiri dari sejumlah unsur. Unsur-unsur tersebut meliputi latar belakang
kehidupan pengarang, keyakinan, dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat
yang berlaku saat itu, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan
agama dan lain-lain (Suroto, 1989: 138) yang kesemuanya akan mempengaruhi karya
yang ditulisnya. Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang
menjadi latar belakang penyampaian tema dan amanat cerita.
1. Pengaruh latar belakang penulis
Arthur Conan Doyle lahir di Picardy
Place, Edinburgh pada 22 Mei 1859 dari pasangan Charles Altamont Doyle dan Mary
Foley. Karena masalah alkohol yang dialami sang ayah, Doyle kecil dan
keluarganya terpecah pada 1864. Atas dukungan para pamannya yang cukup kaya,
calon pengarang besar ini bisa menempuh pendidikan di Jesuit Preparatory
School, Stonyhurst pada 1868 - 1870. Doyle melanjutkan ke Stonyhurst College
hingga 1875 dan menyelesaikan pendidikan menengah di Stella Matutina Jesuit
School setahun kemudian. Pada 1876, Doyle melanjutkan studi ke University of
Edinburgh untuk mempelajari ilmu kedokteran dan obat-obatan.
Semasa menempuh pendidikan tinggi, Doyle
mulai serius menekuni hobi menulis cerita pendek. Bahkan salah satu karyanya,
The Haunted Grange of Goresthorpe, berhasil dimuat dalam sebuah jurnal di
Edinburgh. Di masa ini juga Doyle mengikuti kelas salah seorang dosennya, Dr.
Joseph Bell, yang terus mendorong calon dokter sekaligus pengarang ini untuk
selalu menggunakan kekuatan observasi dalam melakukan diagnosis terhadap
kondisi pasiennya. Tidak heran jika dosen yang sama tersebut bakal menjadi
model dari salah satu karakter detektif paling terkenal dan enigmatik sepanjang
sejarah sastra modern, Sherlock Holmes.
Pada 1902, penulis sekaligus aktivis
hukum dan politik serta anggota tetap Freemasonry, sebuah kelompok paling
enigmatik sepanjang sejarah ini, menerima anugrah gelar kehormatan Sir
(dilantik sebagai Knight Bachelor) oleh kerajaan Inggris. Pada 7 Juli 1930,
sastrawan besar Sir Arthur Ignatius Conan Doyle ditemukan wafat di kediamannya
akibat serangan jantung. Bersebelahan dengan istrinya, Jean, jasad Doyle
dikebumikan di halaman Gereja Minstead, Hampshire, Inggris.
2.
Pengaruh
situasi sosial, politik dan budaya yang terjadi di sekitar pengarang
a)
Situasi
sosial
Novel The Sign of The Four menggambarkan bagaimana situasi dan kondisi
London, Inggris, sebagai latar utamanya. Penulis telah berhasil menggambarkan
bagaimana keadaan sosial Inggris zaman kuno, misalnya pada zaman dulu
transportasi masih menggunakan kereta kuda. Hal ini diperkuat dengan data:
1) “kereta masih menunggu di luar, dan
jelas kegiatan kami telah direncanakan sebelumnya, karena sang kusir segera
memacu kereta secepat mungkin (hal. 56).”
b)
Situasi
politik/hukum
Dalam novel ini digambarkan bahwa kekuatan hukum melalui aparat
polisi sangat kuat. Hal ini dapat diperkuat dengan data:
1)
“’jam
sepuluh. Dan sekarang dia tewas, dan polisi akan dihubungi, dan aku akan
dituduh terlibat dalam pembunuhan ini. Oh, ya, aku yakin akan dituduh
begitu....’(hal. 71)”
KESIMPULAN
Dari
penyajian analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dalam novel The
Sign of The Four dapat dipaparkan secara singkat, yaitu, novel The Sign
of The Four bertema kasus tentang pencurian harta karun. Amanat dari novel
ini diantaranya yaitu, jangan memandang rendah sesuatu. Tohoh-tokoh dalam novel
ini diantaranya yaitu: Sherlock Holmes, dr. Watson, Mary Morstan, Thaddeus dan
Bartholomew Sholto. Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran.
Lattar dalam novel ini yaitu: berlatar tempat di Inggris, berlatar waktu tahun
1888, dan berlatar suasana menegangkan. Sudut pandang dalam novel ini
menggunakan sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat.
Pengarang
menggambarkan situasi dan kondisi Inggris dalam novelnya. Bagaimana kehidupan
orang-orang Inggris pada zaman dahulu, tergambar dengan penggunaan kereta kuda
sebagai alat transportasi utamanya.
Novel
ini memiliki jalan cerita yang unik dan menarik. Yang saya suka dari novel ini
adalah, penulis menggambarkan ‘sisi manusia’ Holmes yang belum diceritakan di
buku pertamanya, A Study in Scarlet. Bagaimana saat dia dengan
kepercayaan dirinya menemukan jalur yang benar dalam penyelidikan, kemudian
tiba-tiba mengalami jalan buntu, hal yang sangat menyinggung bagi seorang
Sherlock Holmes. Dalam berbagai usaha yang terus dijalankannya, dengan cara
unik menggunakan pasukannya sendiri yang terdiri atas orang jalanan, yang
disebutnya sebagai Baker Street irregulars. Di samping itu, saat
tampaknya dia tak mengalami kemajuan, dia mengalihkan pikirannya kepada
eksperimen di laboratorium, atau sekedar bermain biola. Akan tetapi, tetap
saja, dia tidak bisa berhenti ‘bertindak’, seperti yang dikatakan sendiri oleh
Watson.
Tidak
hanya Holmes, dalam novel ini Doyle juga memberi bagian pada sisi pribadi
Watson. Dia jatuh cinta pada Miss Morstan, hal yang sulit baginya, apalagi dia
tidak bisa mendapatkan simpati Holmes yang sangat tidak tertarik pada hubungan
emosional antar manusia, lebih-lebih orang itu adalah kliennya.
Secara
keseluruhan, novel Sherlock Holmes memang tidak memanjakan imajinasi dan
deduksi para pembaca. Kita disuguhkan betapa brilliannya pemikiran Holmes dan
mengikuti pola pikir dan alur kerja yang dilakukannya. Kita hanya menebak-nebak
apa yang terjadi tanpa tahu petunjuk apa yang telah dimiliki oleh detektif itu.
4/5 untuk kisah perburuan harta karun.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams,
M.H. (1981). A Glosarry of Literary Terms.
Holt, Rinehart and Winston
Bacaan
B. Zee. (2012). [ Online ]. Tersedia: https://bacaanbzee.wordpress.com/2012/05/22/the-sign-of-four/.
[28 Agustus 2016]
Nurgiyantoro,
Burhan (1995). Teori Pengkajian Fiksi. Gadjah Mada University Press.
Rosyid, Abdur. (2009). [Online].
Terssedia: https://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29/unsur-unsur-intrinsik-dalam-prosa/. [26 Agustus 2016]
Wikipedia.
(2015). [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Empat_Pemburu_Harta. [25 Agustus 2016]
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk para pembaca..... ^-^